"Enaknya kerja. Punya penghasilan sendiri. Belanja sesukanya. Pokoknya bebas. Dan setiap apa yang kita perjuangin, pasti ada hasilnya"
Itulah kebanyakan pemikiran yang dipikirin waktu kita sekolah dulu. Walaupun lo mengelak, bahwa lo pernah mikirin itu. Tapi coba tanya temen lo, pasti pernah mikirin itu. Kalo temen lo mengelak juga bahwa dia mikirin itu, coba tanyain temennya temen lo. Kalo temennya temen lo juga mengelak gak mikirin itu, coba tanyain temennya dari temennya temen lo. Tapi kalo masih mengelak juga, coba tanyain temennya dari temennya dari temennya dari temennya temen lo. Kaya gitu terus sampai kiamat.
Gak usah dibicarain.
Dunia pekerjaan emang menyenangkan. Dan akan lebih menyenangkan saat akhir bulan. Pasti lo faham.
Gue mau nanya, habis sekolah ataupun habis kuliah, mau ngapain?
Pasti cari kerja.
Nah, cari kerja itu tergantung. Mau dijalan swasta atau dijalan negeri. Wiraswasta atau pegawai negeri.
Tapi kebanyakan orang bakalan melamar diperusahaan untuk menjadi karyawan swasta, setelah gagal menjadi pegawai negeri. Kebanyakan. hehe.
Pertanyaannya lagi, kenapa orang lebih memilih untuk menjadi pegawai negeri daripada karyawan swasta?
Tentu aja dong orang lebih memilih pegawai negeri. Gajihnya selangit.
Berkaitan dengan pegawai negeri. Masyarakat sering mempertanyakan kinerja mereka, apakah sebanding dengan gajih mereka? Namanya juga pelayan publik, wajarlah dikritik. Tapi mereka itu macam-macam, ada yang kerja serius dan ada yang kerja gak serius, itu alami men.
Nah, dipemerintahan baru. Untuk kinerja pegawai negeri di efektifkan. Bahkan pengadaan rapat di hotel-hotel mewah yang dibiayai pemerintah, ditiadakan. Mendengar hal itu banyak opini masyarakat yang bertebaran.
Masyarakat biasa : "Mampus tuh gak bisa seneng-seneng lagi hehe".
Karyawan swasta cuci mobil : "Biasa aja".
Karyawati warung jablay : "Kopi tetep harga 20ribu secangkir, gak ngaruh".
Karyawan Hotel : "Sangat merugikan. Sebagian besar omzet yang kami dapatkan, adalah dari situ".
Gue terpaku pada pernyataan si karyawati warung jablay, eh, karyawan hotel maksud gue.
Bener sih pemerintah, memang melakukan hal itu untuk ke efektifitas an kinerja pegawai negeri. Tapi, sebelum bertindak pasti ada resiko. Untuk rapat diperhotelan di tiadakan, tapi gajih pegawai negeri dinaikan. "Demi ke efektifitas an kinerja pegawai negeri".
Pemerintahkan bertanggung jawab atas apa yang ada dalam negaranya, semuanya.
Pegawai negeri emang harus dipikirkan. Tapi problem lain harus dipikirkan juga. Contohnya dampak yang dirasakan bidang bisnis perhotelan karena hal itu. Gue cuma bicarain dan cari info dibisnis hotel aja, gak dibisnis lain. Jadi, gak usah mikir macam-macam.
Sekarang gue baru dapat kabar, bahwa perhotelan banyak yang melakukan "PHK besar-besaran" kepada karyawannya, agar menyeimbangan pendapatan mereka. Dan pengangguran bertambah lagi di Indonesia.
(Thanks google atas fotonya)